background preloader

Gaya Hidup Ramah Lingkungan Demi Masa Depan Generasi Berikutnya

27 november 2024

Gaya Hidup Ramah Lingkungan Demi Masa Depan Generasi Berikutnya

Dalam udara pagi yang masih segar, langit menyelimuti suasana penuh harapan di atas kampus Telkom University. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang terus bergerak maju, sebuah diskusi lahir, mencoba menjawab panggilan zaman. After Class Talk, sebuah inisiatif yang tak sekadar acara, tapi ibarat jembatan antara ilmu pengetahuan dan praktik nyata. Selasa itu, tanggal 30 April, sebuah tema menggema di udara: Menggabungkan Gaya Hidup Berkelanjutan dalam Kehidupan Kita Sehari-Hari untuk Generasi Mendatang.

Di ruang virtual Zoom Meeting yang sederhana namun penuh makna, hadir Harfan Hian Ryanu, S.T., M.E. Seorang Kepala Urusan Eksternal Digital Collaboration for Sustainability Telkom University, sosok yang membawa api semangat untuk berbagi ilmu. Ia, dengan tenang namun penuh keyakinan, membedah pentingnya menjalani gaya hidup berkelanjutan. “Pilihan hidup kita adalah cermin masa depan planet ini,” ucapnya, membuka diskusi dengan tatapan seolah mampu menembus waktu.

Harfan menjelaskan, seperti seorang guru yang tengah menceritakan hikayat, bahwa dunia kita kini berada di ambang krisis. "Pada tahun 2050, populasi dunia bisa mencapai 10 miliar jiwa," katanya, suaranya bergetar penuh harap. Ia menggambarkan masa depan yang penuh tantangan, di mana kebutuhan manusia akan makanan, pakaian, perjalanan, dan perumahan melonjak tinggi. Namun, di balik kebutuhan itu, ada ancaman yang mengintai: hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan eksploitasi sumber daya yang tiada habisnya.

Ia bercerita tentang petani di ladang yang semakin rapuh di bawah langit yang berubah. Perubahan iklim, katanya, adalah monster tak kasat mata yang mengancam keamanan pangan dan mata pencaharian. Penduduk perkotaan juga tak luput dari dampaknya. Kota-kota, pusat peradaban manusia, menjadi titik panas yang memikul beban pembangunan tanpa arah yang bijak.

Dengan tutur yang terukur, Harfan menguraikan definisi gaya hidup berkelanjutan. Baginya, ini bukan sekadar slogan, tapi sebuah panggilan jiwa. “Gaya hidup berkelanjutan adalah cara hidup yang mengurangi degradasi lingkungan, mendukung keadilan sosial-ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup semua orang,” jelasnya, seperti seorang pencerita yang menanamkan hikmah dalam benak pendengarnya. Ia mengingatkan, bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil memiliki konsekuensi besar bagi bumi yang kita pijak.

Kemudian, Harfan berbicara tentang aksi nyata. Sebuah kampanye dari United Nations yang terdiri dari sepuluh langkah sederhana namun berdampak. "Hemat energi di rumah, berjalan kaki atau naik sepeda, makan lebih banyak sayuran, dan mengurangi sampah makanan," katanya, menjelaskan dengan bahasa yang penuh kasih, seperti seorang sahabat yang tengah berbagi rahasia kecil untuk hidup lebih baik. Ia mengajak peserta untuk melihat melampaui rutinitas mereka, menemukan makna dalam setiap pilihan, dan menjadikan bumi sebagai warisan yang layak bagi generasi mendatang.

Saat acara mendekati penghujungnya, suasana berubah menjadi khidmat. Sebuah komitmen lahir dari hati para peserta. Mereka berjanji, dengan tulus, untuk mulai menjalani gaya hidup berkelanjutan. Ada harapan yang menyala di sana, seperti lilin kecil di malam yang gelap, menyuarakan janji untuk menjaga bumi.

After Class Talk ini bukan sekadar acara, tapi sebuah kisah perjuangan yang dimulai dari hati dan berlanjut dalam tindakan. Telkom University, melalui langkah kecil ini, mengajak dunia akademik untuk merajut masa depan yang lebih hijau. Mungkin, di suatu hari nanti, ketika anak cucu kita berjalan di bawah langit yang cerah, mereka akan mengingat bahwa segalanya dimulai dari sini—sebuah diskusi sederhana yang menyentuh hati, dan kemudian mengguncang dunia.

https://it.telkomuniversity.ac.id/category/blogs/