Tak lama lagi, Ramadhan kembali menghampiri. Laksana embun yang mengelus rerumputan, bulan suci ini datang membawa kesejukan dan kedamaian. Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersiap menyambutnya dengan hati yang mengembang seperti bunga pagi. Ada keistimewaan tak terlukiskan dalam atmosfernya, seolah semesta turut berbisik, “Selamat datang, wahai bulan penuh rahmat.”
Kita menemui ungkapan menyambut Ramadhan di berbagai tempat. Di sudut jalan, di papan reklame yang menjulang, bahkan dalam pesan singkat yang masuk di ponsel kita. Kata-kata itu tidak hanya mengalir seperti sapaan biasa; ia membawa makna, harapan, dan doa. Dalam setiap hurufnya, ada pengingat untuk meluruskan niat, membersihkan hati, dan meraih berkah yang tersembunyi di setiap detik Ramadhan.
Adakah yang lebih indah dari ucapan sederhana yang menyatukan hati? Saat seseorang berkata, "Marhaban yaa Ramadhan," rasa itu seperti siraman hujan pertama setelah kemarau panjang. Dalam kalimat itu terselip pengakuan atas kebesaran bulan yang akan datang, seraya mengajak kita untuk menyambutnya dengan tangan terbuka.
Dan Ramadhan memang tidak hanya untuk mereka yang menahan lapar dan dahaga. Ia adalah perjalanan sunyi menaklukkan hawa nafsu, menciptakan harmoni dengan sesama, dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Setiap langkah di bulan ini terasa begitu berat, namun setiap langkah pula adalah tabungan pahala yang tak terhingga.
Bukan hanya bahasa Indonesia yang merayakan kehadirannya. Dalam bahasa lain, keindahan Ramadhan menemukan ekspresi yang unik namun serupa dalam makna. “Welcome, Ramadan,” kata mereka yang menggunakan bahasa Inggris. Atau, "Bienvenue Ramadan," bagi mereka yang bertutur dalam bahasa Prancis. Setiap kata seolah membawa jiwa Ramadhan menjelajahi benua, mengukuhkan persaudaraan tanpa batas geografis.
Ada pula kehangatan yang lahir dari penggunaan bahasa sehari-hari seseorang. Bayangkan seorang teman Korea mendengar, "라마단 카림!" atau seorang sahabat dari Jepang menerima pesan, "ラマダーン カリーム!" Bukankah itu bentuk perhatian yang menghangatkan? Perhatian kecil itu, seperti menyalakan lilin di malam gelap, memancarkan cahaya yang tak lekang oleh waktu.
Ramadhan adalah kisah universal tentang kerendahan hati, perjuangan, dan cinta. Tak peduli bahasa apa yang digunakan untuk menyambutnya, esensi bulan ini tetaplah sama: sebuah perjalanan menuju jiwa yang lebih suci, hati yang lebih damai, dan kehidupan yang lebih penuh berkah.
Dan mungkin, seperti seorang pelukis yang mencoba menangkap keindahan alam dengan warna-warni pada kanvas, kita pun dapat melukis Ramadhan dalam kata-kata. Menyusun ucapan yang bukan sekadar rangkaian huruf, tetapi doa tulus yang melampaui batas waktu dan ruang. Sebab di balik ucapan itu, tersembunyi cinta yang tak butuh bahasa untuk dipahami.
Selamat menyambut Ramadhan, teman-teman. Biarkan bulan suci ini menjadi cahaya dalam hidup kita, melingkupi hari-hari dengan keberkahan tanpa akhir. Marhaban yaa Ramadhan.